Minggu, 12 Juni 2011

ISLAM DAN KEBAHAGIAAN

Islam dan Kebahagiaan
Oleh: Fikri Arief Husaen*

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Masalah kebahagiaan dan kesengsaraan adalah masalah kemanusiaan yang paling hakiki. Sebab tujuan manusia tak lain ialah memperoleh kebahagiaan dan menghindari kesengsaraan. Semua ajaran atau agama menjanjikan kebahagiaan bagi para pengikutnya dan mengancam para penentangnya dengan kesengsaraan. Gambaran tentang wujud kebahagiaan atau kesengsaraan itu sangat beranekaragam. Namun semua ajaran dan ideology selalu menegaskan bahwa kebahagiaan yang dijanjikannya atau kesengsaraan yang diancamkannya adalah jenis yang paling sejati dan abadi. Dalam pandangan agama, gambaran tentang wujud kebahagiaan dan kesengsaraan itu dinyatakan dalam konsep-konsep tentang kehidupan di surga dan neraka.
Kitab suci Al-Qur’an menyajikan banyak ilustrasi dan penegasan yang kuat tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. Dalam sebuah firman disebutkan tentang terbaginya manusia kedalam dua kelompok, yaitu yang sengsara dan yang bahagia. Yang sengsara akan tinggal di neraka dan yang bahagia akan tinggal disurga. Kemudian dalam firman lain (AL-Qur’an) Allah menegaskan bahwa, “Orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.”

B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Pengertian Kebahagiaan
2.Konsep Kebahagiaan dalam islam

PEMBAHASAN
a.Pengertian Kebahagiaan
Dalam wikipedia-ensiklopedia bebas, arti kebahagiaan adalah suatu keadaan perasaan aman, damai, serta gembira. Dengan kata lain, kebahagiaan melebihi hanya perasaan kegembiraan. Umumnya, kegembiraan sangat berkaitan dengan suatu kejadian atau pencapaian yang khusus, sedangkan kebahagiaan berkaitan dengan keadaan yang lebih umum seperti kesenangan hidup atau kehidupan berumah tangga. Bagaimanapun kedua hal ini sangat berkaitan dengan subjektifitas seseorang. Yang merasakan kebahagiaan adalah diri sendiri karena hanya dia (diri sendiri) yang tahu terhadap perasaannya yang dirasakan.
Pengertian dalam arti luas sangat berbeda-beda, ada yang mengartikan kebahagiaan dari segi materi, seperti uang, rumah mewah, mobil mewah, dsb. Ada pula yang menilai kebahagiaan dari segi kepuasan jiwa seperti kekuasaan, jabatan, pangkat dsb. Dan ada pula yang mengatakan kebahagiaan adalah segalanya selalu terpenuhi, makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya. Namun pada hakekatnya, kebahagiaan yang sesungguhnya terletak pada hati, yaitu merasa senang, tenang, nyaman dan tentram lahir maupun bathin adalah kebahagiaan yang tidak tergantikan oleh suatu apapun.
Kebahagiaan dapat terjadi secara jasmani (lahir) maupun rohani (bathin), atau kedua-duanya. Kebahagiaan jasmani yaitu suatu hal yang dirasakan menyenangkan terutama mengenai badan atau tubuh seseorang, sedangkan kebahagiaan rohani yakni suatu hal yang dirasakan menyenagkan mengenai jiwa atau bathin seseorang.

B.Konsep Kebahagiaan dalam Islam
Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apapun, inilah yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia pada dasarnya ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tentram, damai dan sejahtera. Sebagaian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagiaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sebab menurutnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain. Lantas apakah yang disebut “bahagia” (sa’adah/ happiness)??
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan”. Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan” dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka.
Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu, yakni: keyakinan akan Hak Ta'ala dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.
Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan. Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya?
Menurut Al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai “ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, Al-Ghazali menyatakan:
"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya”, maka rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.
Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pejabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden. Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah. Ma'rifatullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain “Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri.
Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam." Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan Islam, harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat.
Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang bayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya. Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Allah, ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya. Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar Pakistan ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan. Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.
Sebuah kata mutiara yang mengandung hikmah didalamnya, sebagai bahan muhasabah an-nafsi agar senantiasa selalu bersyukur terhadap Allah SWT:
Dalam kondisi apa pun, maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih.
"Kalau engkau kaya, senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu.
"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..."
"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..."
Mudah-mudahan Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin.
Oleh karena itu sumber kebahagiaan yang dimaksud dalam islam adalah keimanan/ keyakinan. Orang yang beriman senantiasa selalu bersikap bahagia. Faktor penting yang membuat orang-orang yang beriman selalu bahagia dan tenang adalah pemahaman mereka bahwa peristiwa apapun yang terlihat buruk adalah pada hakekatnya baik untuk mereka.
“Jalan yang ditempuh oleh seorang yang beriman adalah aneh karena ada kebaikan dibalik setiap tindakannya dan ini tidak terjadi pada siapapun kecuali pada seseorang yang beriman karena jika mereka merasa mendapatkan kesenangan dia bersyukur kepada Allah SWT, maka terdapat kebaikan dalam sikapnya itu, dan jika dia mendapatkan permasalahan dia menyerahkannya pada Allah SWT (dan bersabar), maka ada kebaikan dalam sikapnya itu. “(Shahih Muslim, Buku 41nomor 20).
Seperti yang dikatakan Nabi Muhammad SAW, bagi setiap orang yang beriman segala sesuatu adalah sember kebaikan. Hal ini hanya terjadi pada orang-orang yang beriman dan merupakan perwujudan dari rahmat Allah SWT kepada mereka. Allah SWT memberikan kabar gembira tentang rahmat-Nya kepada orang-orang yang beriman dalam Al-Qur’an:
“Adapun orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh, maka tuhan mereka memasukan mereka kedalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata”
(QS. Al-Jaatsiyah: 30)
Penyerahan diri orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Membawa mereka lebih dekat kepada-Nya dalam situasi apapun dan menyebabkan mereka selalu merasa tenang dan bahagia.

KESIMPULAN
Setiap orang senantiasa menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Dan memiliki makana dan tujuan yang jelas agar hidupnya terarah. Pada akhirnya terdapat perbedaan antara orang-orang yang beriman dan yang tidak beriman. Karena memahami bahwa kehidupan ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT, orang-orang yang beriman menempatkan ridho Allah sebagai tujuan hidup mereka.
sumber kebahagiaan yang dimaksud dalam islam adalah keimanan/ keyakinan. Orang yang beriman senantiasa selalu bersikap bahagia. Faktor penting yang membuat orang-orang yang beriman selalu bahagia dan tenang adalah pemahaman mereka bahwa peristiwa apapun yang terlihat buruk adalah pada hakekatnya baik untuk mereka.
Kebahagiaan adalah anugerah yang besar baik didunia maupun diakhirat yang diberikan Allah SWT kepada para hambanya yang saleh sebagai imbalan atas keimanan dan pengabdian mereka yang tulus. Satu-satunya sumber kebahagiaan dan ketenangan dalam diri orang-orang yang beriman adalah ketugahan iman mereka. Oleh karenanya, apabila seseorang ingin merasakan kebahagiaan yang seseungguhnya maka senantiasa yang harus dilakukan adalah dengan keteguhan keimanan yang kuat kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Harun yahya, 2007. Jalan Menuju Kebahagiaan. Yogyakarta, Elbanin Media
Ustadz. Abdul Latif, Konsep Kebahagiaan dalam Islam…….
http://Konsepkebahagiaandalamislam/abdullatif.

Implementasi Perencanaan Sistem PAI dalam Mewujudkan Standar Proses Sekolah/ Madrasah “SD Masjid Syuhada”

Standar Proses SD Masjid Syuhada
Oleh:Fikri Arief Husaen*

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujud¬nya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas se¬hingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada sa¬tuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.
Standar proses dalam PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 meliputi perencanaan proses pembelajar¬an, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem-belajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk ter¬laksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dalam hal ini kami menyoroti SD Masjid Syuhada sebagai Sekolah Dasar yang memiliki kegiatan proses pembelajaran yang banyak mengidentifikasikan dan mengedepankan nilai-nilai agama dan akhlak, oleh karenanya SD Masjid Syuhada seringkali terlihat sebagai SD IT yang padahal merupakan SD umum akan tetapi memiliki nilai plus/ tambah (+) dalam hal Pendidikan Agama Islam yang proporsinya lebih banyak yang diselenggarakan di SD tersebut terkait dalam proses pembelajarannya.

Rumusan Pembahasan
Adapun rumusan yang akan dibahas dalam makalah ini terkait tentang Standar Proses SD Masjid Syuhada, yaitu :
-Perencanaan Proses Pembelajaran
-Pelaksanaan Proses pembelajaran
-Penilaian Hasil Pembelajaran
-Pengawasan Proses Pembelajaran








PROFIL SD MASJID SYUHADA

SD Masjid Syuhada terletak di tengah-tengah kota Yogyakarta, yaitu di Jl. I Dewa Nyoman Oka no 13, Kotabaru yang berdampingan di sebelah Masjid Agung Syuhada Yogyakarta. Jumlah siswanya saat ini, tahun 2011 ada sekitar 598 siswa dari kelas 1 hingga 6 SD. Jumlah Guru dan karyawannya ada sekitar 39 dan 18 ustad/zh pengajar intensif pembelajaran Al-Qur’an.
SD Masjid Syuhada ini, adalah lembaga formal dibawah naungan YASMA (Yayasan Masjid Syuhada) dibawah pimpinan/ kepala sekolah,”Rina Rahmawati Choiriyani, S. Pd”. Beliau berkarier di SD Masjid Syuhad sudah genap 15 tahun lamanya. SD ini berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman, dan kualitasnya bisa disejajarkan dengan SD favorit lainnya yang ada di kota Yogyakarta. Berbagai macam kelengkapan fasilitas, sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran menjadikan SD Masjid Syuhada sebagai SD unggulan.
Fasilitas/ sarana yang terdapat di SD MS ini, hampir semua pendukung proses pembelajaran ada, seperti; perpustakaan (ruang baca dan Induk), ruang TIK, koperasi, UKS, Lab Bahasa, dan ruang khusus ektrakurikuler/ pengembangan bakat dan minat. Ekstrakurikulernya terdiri dari; seni lukis (kaligrafi dan umum), musik (Hadroh, biola dan Band), tari (klasik dan modern), pramuka, olahraga (futsal, Badminton, renang, dsb). Dan SD MS ini memiliki komunitas “English Club” yang dikelola oleh Sekolah di lab. bahasa.
Nilai plus/ tambahan (+) yang lain di proses pembelajaran di SD MS ini adalah mengedepankan nilai-nilai pendidikan agama sebagai pendidikan prioritas untuk jam tambahannya (PAI) menjadi 3 – 4 jam/ minggu oleh Bpk. Syaifuddin dan Bu Ngatini selaku guru Pendidikan Agama Islam di SD MS, kemudian Pendidikan Al-Qur’an masing-masing tiap kelas dibimbing oleh 3 – 4 Ustd/zh yang dilakukan pagi jam 07.00 – 08.00 WIB untuk kelas 1, dan kelas 2 – 6 dilakukan siang hari disesuaikan dengan jam pelajaran tiap kelas masing-masing. Terdapat juga program rutin shalat dhuha berjamaah setiap pkl. 09.00 WIB menjelang istirahat sekolah. Dan setiap hari jum’at, diwajibkan jamaah shalat jum’at di Masjid Syuhada bagi putra, dan shalat duhur berjamaah yang kemudian dilanjutkan kultum bagi putri di ruang kegiatan sekolah.
Untuk kelas 1 – 3 dibawah kendali Wali kelas, dan kelas 4 semi mata pelajaran bid. studi, dan kelas 5 – 6 diajar oleh guru bid. Studi yang berkompeten dibidangnya.











PEMBAHASAN

Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
-Silabus
Dikembangkan satuan pendidikan berdasarkan berdasarkan Standar Isi dan Kompetensi Lulusan dan panduan penyusunan KTSP. Kemudian dalam pelaksanaanya SD Masjid Syuhada mengembangkan silabus oleh para guru secara mandiri ataupun berkelompok yang disesuaikan dengan keadaan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik yang juga disusun melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) yang kemudian diajukan ke Dinas Pendidikan tingkat kota/ kecamatan.
-Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru SD Masjid Syuhada menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Kemudian merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan.
Komponen RPP adalah: Identitas mata pelajaran, Standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, sember belajar

Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Rombongan belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
- SD/MI : 28 peserta didik
- SMP/MT : 32 peseta didik
- SMA/MA : 32 peserta didik
- SMK/MAK: 32 peserta didik
Di SD Masjid Syuhada untuk setiap kelasnya terdapat 28 -30 peserta didik.
Beban kerja minimal guru
- Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peseta didik, serta melaksanakan tugas tambahan.
- Bebean kerja guru sebagaimana dimaksud diatas adalah sekurang-kurangnya 24 jam/ tatp muka dalam 1 minggu.
Beban kerja guru SD Masjid Syuhada mencapai 25 jam/ tatap muka dalam 1 minggu untuk kelas 1 dan 26 – 28 jam/ tatap muka dalam 1 minggu untuk kelas 2 – 6.
Buku teks pelajaran
Buku teks pelajaran yang digunakan SD Masjid Syuhada selain dari Dinas Pendidikan juga dipilih dan ditentukan melalui rapat intern guru, dalam menentukan buku yang akan dipegang guru dan peserta didik sebagai buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lain.
Pengelolaan kelas
Dalam pengelolaan kelas sebagaimana yang telah ditetapkan:
-Guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktifitas pembelajaran yang akan dilakukan
-Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
-Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik
-Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik
-Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
-Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respond an hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
-Guru menghargai pendapat peserta didik
-Guru memakai pakaian yang sopan, bersih dan rapi
-Pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya, dan
-Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang mencakup; eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dan kegiatan penutup.

Penilaian Hasil Belajar
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan tes dan non-tes, dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya, berupa tugas, proyek/ produk, portofolio dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan Dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.
Penilaian yang dilakukan oleh SD Masjid Syuhada adalah menggunakan tes dan non-tes seperti nilai dari proses pembelajaran, hasil ulangan harian, portofolio, Pekerjaan Rumah (PR), Ujian Tengah Semester (UTS), dan Ujian Akhir Semester.


Pengawasan Proses Pembelajaran
Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan dengan banyak cara; melalui RPP, langsung dipantau ke kelas, dan kemudian pemantauan juga dilakukan dengan cara sharing antar guru mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Kegiatan pemantauan ini dilakukan oleh kepala sekolah atau bisa juga guru senior yang telah diberi wewenang (tergantung sikon).
Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Dan kegiatan supervise ini dilakukan oleh kepala sekolah .
Evaluasi
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
-membendingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses
-mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru
-evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalamproses pembelajaran.
Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran; nilai dari guru, hasil ulangan kk/ semester dan arsip dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
Tindak lanjut
Dalam tindak lanjut ini ada beberapa yang harus diperhatikan, yaitu;
-penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
-teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar
-guru diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan/ penataran lebih lanjut.

Minggu, 05 Juni 2011

QS. An-Nisa ayat 36 – 38

Pendahuluan
Surat An Nisa terdiri dari 176 ayat, adalah surat Madaniyyah yang terpanjang sesudah surat Al-Baqoroh. Dinamakan An Nisa karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupaan surat yang paling membicarakan hal itu disbanding dengan surat lain. Surat yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah surat At Thalaq. Dalam hubungan ini biasa disebut surat An Nisa dengan sebutan: Surat An Nisa Al Kubra (surat An Nisa yang besar), sedangkan surat At Thalaq disebut dengan sebutan: Surat An Nisa Ash Sughra (surat An Nisa yang kecil).
Pada pembahasan QS. An Nisa : 36 -37 yaitu mengenai tentang “Kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama manusia” yang mana kewajiban manusia untuk menyembah dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, Dan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua (ibu-bapa), karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Dan juga larangan untuk berbuat dan mengajak kikir, karena kikir merupakan sifat yang paling dibenci Allah karena ia telah kufur nikmat yaitu dengan menyembunyikan karunia yang Allah berikan. Dan terhadap orang yang berbuat demikianlah Allah telah menyediakan tempat dan siksa yang menghinakan.


Pembahasan
1. QS. An-Nisa : 36 – 38
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً مُّهِيناً
(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.
وَالَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَـاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَن يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِيناً فَسَاء قِرِيناً
Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.
Tafsir ayat 36
Penjelasan
Dekat dan jauh disini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan dan adapua yang muslim dan yang non muslim

Kemudian Ibnu sabil di sini diartikan orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal, termasuk juga orang yang tidak diketahui ibu bapaknya. Dan orang-orang yang mengembara untuk keperluan Islam dan Muslimin.

Dalam ayat 36 tersebut diatas, Allah menjelaskan kewajiban-kewajiban bagi seorang Muslim yang secara garis besarnya ada tiga macam. Ketiga macam kewajiban tersebut adalah :
1. Kewajiban kepada Allah, yaitu menyembah dan tidak mempersekutukannya.
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua
3. Berbuat baik kepada masyarakat, yaitu kepada keluarga dekat, tetangga dekat dan jauh, kepada orang yang berada dalam perjalanan, dan berbuat baik kepada orang-orang yang berada di bawah tanggungannya.
Dari ayat ini jelas bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak hanya berkewajiban menyembah Allah SWT, akan tetapi ia juga harus memiliki sifat peduli terhadap masyarakat di sekitarnya, sehingga boleh dikatakan bahwa ibadah seseorang tidak akan sempurna bila tidak dibarengi dengan kepedulian terhadap keadaan masyarakat sekitarnya. Sebab kalau dilihat dari segi bahasa, rangkaian perintah tadi menggunakan kata sambung wa ( artinya=dan).
Maksudnya, kalau perintah menyembah Allah itu wajib maka berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, dan sebagainya juga wajib. Ayat itu diakhiri dengan “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. Karena orang yang sombong senantiasa meremehkan semua hak orang-orang lain, memandang orang lain rendah dan hina. Sifat angkuh dan sombong jelas akan menjauhkan seseorang dari masyarakat dan tidak disenangi oleh masyarakat, sehingga akhirnya hubungan harmonis antar sesama manusia menjadi sirna. Bila hubungan antar manusia tidak lagi berjalan dengan harmonis maka hilanglah salah satu sifat manusia sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, sifat sombong sangat dibenci oleh Allah SWT.
Kemudian Ayat 37 menjelaskan orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri yaitu orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Orang kikir disini adalah orang yang enggan memberikan hartanya kepada orang lain yang membutuhkan yang kemudian ia menyembunyikan hartanya. Dan untuk orang yang demikian itu Allah telah menyediakan siksaan yang pedih dan menghinakan. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.
Maksudnya kafir disini yaitu terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.
Dalam ayat 37 tersebut diatas, Allah menjelaskan hal-hal yang harus dihindari bagi seorang Muslim yaitu:
1. Larangan untuk berbuat dan mengajak untuk kikir
2. Larangan menyembunyikan harta, karena hakikatnya harta yang dimiliki terdapat hak orang lain yang harus disampaikan

Tidak hanya sebatas itu, juga orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang. Orang yang tidak kikir akan tetapi dia sombong dengan seanatisa membangga-banggakan hartanya, ketika ia menafkahkan hartanya selalu ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain. Dan itu pertanda bahwa mereka bersekutu atau menjadi teman syaitan, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya teman yang menjerumuskan manusia dari jalan kebenaran.
Dalam ayat 37 ini menerangkan bahwa :
1. Allah melarang seseorang bersifat riya
2. Larangan bersekutu dengan syaitan
Riya adalah sifat yang dibenci oleh Allah, dan riya dapat menghilangkan segala amal ibadah yang dilakukan karena niat dan tujuannya bukan karena Allah ta’ala, segala ibadah dinilai tergantung pada niatnya. Dan senantiasa menjauhi bisikan dan bujukan syaitan, karena syaitan adalah musuh yang nyata bagi umat muslim yang menjerumuskan kepada lubang yang hina.